Qs. Al Baqarah : 258

METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
“METODE ARGUMENTATIF"
(Qs. Al Baqarah : 258)
 
 
 A.      METODE ARGUMENTATIF
Secara etimologi, Metode berasal dari bahasa Yunani, yang berasal dari dua kata yaitu Meta yang berarti melalui dan Hodos yang berarti jalan atau cara. Secara terminologi, Metode adalah cara yang digunakan pendidik di dalam proses belajar mengajar untuk mencapai hasil yang baik.[1]
          Salah satu dari metode dalam pendidikan adalah metode Argumentatif. Yaitu suatu cara menyampaian dalam pengajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada peseta didiknya untuk menyampaikan pendapatnya dalam memecahkan berbagai masalah.
Metode ini dapat digunakan karena :
1.    Untuk menumbuhkan sikap toleran peserta didik antar sesama.
2.    Untuk mencari masukan bersama dalam memecahkan masalah.
3.    Untuk membiasakan peserta didik berfikir logis.[2]
B.       TAFSIR QS. AL BAQARAH AYAT 258
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Qs. Al Baqarah : 258
1.    Tafsir Al-Azhar
Dalam ayat ini Allah mneganjurkan kepada Nabi Muhammad saw. dan kepada kita semua supaya  memperhatikan suatu kejadian yang terjadi dari seorang raja besar di masa Nabi Ibrahim, ia tidak percaya adanya Tuhan, maka Nabi Ibrahim menujukkan kekuasaan Tuhan yang menghdupkan semua makhluk dan mematikan mereka, sebagai bukti yang sangat nyata, tetapi raja yang sombong dengan kerajaan dan kekuasaannya itu tidak dapat menerima keterangan Ibrahim, bahkan iaa berkata: “Aku juga dapat menghidupkan dan memtaikan, yaitu jika di hadapkan kepadaku dua pesakitan (narapidana)  yang harus di hukum mati, lalu saya perintahkan supaya di bnuh an yang lain saya lepaskan.” Sebenarnya jawaban raja itu lain dengan tujuan Ibrahim dalam arti menghidupkan dan mematikan, tetapi dasar raja degil,             maka langsung oleh Ibrahim di jelaskan lain dalil (bukti) kekuasaan Allah, yaitu: “Allah menerbitkan matahari dari sebelah timur, mka terbitkanlah oleh anda itu dari arah sebelah barat, jika anda merasa berkuasa, maka cobalah.” Di sini raja itu menjadi bingung terdiam tidak dapat berkata apa-apa, benar-benar merasakan tidak dapat membantah bukti dan alasan yang di bawa oleh Nabi Ibrahim as. Demikianlah Allah takkan memberi petunjuk bagi orang yang dzalim.[3]
2.  Tafsir Al-Maraghi
 a. “Tidaklah engkau mengetahui orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya”.
Tidaklah engkau mengetahui, atau sudahkah sampai keterangan kepadamu kisah seseorang yang berhasil mencapai tingkat keyakinan dalam kasus seorang raja dzalim yang mengaku sebagai Tuhan,tetapi Ibrahim justru mengingkari pengakuannya itu. Raja ini adalah Namrud bin Kan’an bin Sam bin Nuh as.
b. “Bahwa Allah telah memberimu kekuasaan”
Orang yang mewarisi kebesaran dan keagungan yang memperdaya dirinya serta sombong karena kekuasaannya sehingga berani memebantah Ibrahim, orang yang mendapatkan kekuasaan oleh Allah.
c. “ketika Ibrahim berkata: Tuhanku adalah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan”.
Ketika Ibrahim menghancurkan patung-patung yang di sembah oleh kaumnya dengan mencela kebodohan mereka dengan menjawab seperti kata-kata di atas. Lalu Namrud bertanya kepadanya “siapakah Tuhan yang ia sembah?”.. jawabnya:”Tuhanku adalah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan”. Lalu Raja  yang ingkar itu menolak jawaban tersebu. Ia berkata:
d. “akulah yang menghidupkan dan mematikan”.
Artinya, akupun bisa menghidupkan dan memetikan manusia, karena orang yang dihukum mati saya beri ampun, maka tetaplah dia hidup. Dan akupun dapat emetikan siapa saja, dengan perintahku untuk di bunuh.
Pengigkaran raja yang dzalim ini menunjukkan bahwa dia tidak mengerti jawaban Ibrahim as. Karena kata-kata “yuhyi” berarti menciptakan kehidupan seluruh alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lainya, serta meniadakan kehidupannya dengan kematian. Sedangkan jawaban Namrud menggunakan “hayat” hanya berarti ebab-sebab yang sesuatu jadi hidup atau mati. Karena itu, selanjutnya Ibrahim menjelasan dengan jawaban seperti yang Allah ceritakan:
e. Ibrahim berkata “Allah menerbitkan matahari dari timur, sebab itu terbitkanlah dia dari barat”
Tuhanku adalah Tuhan yang benar-benar memberi dan mengadakan hidup dengan kekuasaan dan kehendak-Nya sendiri. Dialah Tuhan yang menerbitkan matahari dari timur, Tuhan pencipta seluruh alam ini dengan susunanya yang indah, hukum-hukumnya yang tepat, seperti yang kita saksikan.
f.  Lalu bingunglah orang kafir itu.
Namrud menjadi bingung, tidak bis menjawab apa-apa, seolah-olah mulutnya tersunbat batu.
g.  Dan Allah tidak memberi hidayah kepada kaum yang ingkar
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang menolak hidayah, tidak mau berfikir sungguh-sungguh atas segala bukti yang sampai kepadanya. Bahkan justru mengikuti jalan sesat dan tidak mau menggunakan kesanggupan yang Allah berikan kepadanya untuk memahami kebenaran, karena rayuan haw nafsu yang terlihat indah olehnya. Jadi pada saat-saat ini berarti dia berbuat dzalim kepada dirinya sendiri dan menjadi sesat sejauh-jauhnya.[4]
3.  Tafsir Al-Azhar
“Tidaklah engkau fikirkan dari hal orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya” (pangkal ayat 258). Pangkal ayat ini mengajak kepada Rasul khususnya  dan ummat beriman pada umumna untuk memeikirkan kisah ini. Orang itu ialah taja Namrud sendiri. Lantaran Allah telah memberikan kerajaan kepadanya. Suatu pengajaran ilmu jiwa yang mendalam dalam Al-Qur’an. Yaitu seorang manusia, oleh karena di beri Allah kekuasaan dan kerajaan. Maka ia menjadi sombong, lupa diri, lupa segala, merasa dirinya sngat berkuasa, sebab itu perkataan yang keluar pun tidak tidak ada batasnya lagi, sebab mereka merasa tidak ada juga orang yang berani membantah: Tatkala Ibrahim berkata: “Tuhankulah  yag menghidupkan dan mematikan”. Di hadapan raja itu iIbrahim telah menerangkan siapa Tuhan, bahwa Tuhan Allah-lah yang mematikan dan menghidupkan. Tetapi karena memng dasar jiwa orang yang merasa berkuaasa tidak berbatas itu sombong dengn kekuasaannya, boleh di fikirkannya dengan panjang apa maksud Ibrahim mengatakan demikian. Langsung saja beliau sambut: Dia berkata: “akulah yang menghidupkan dan mematikan”. Nyawa dari seluruh negeriku ini ada dalam tanganku, kalau mereka bersalah, lalu di hadapkan kepadaku, aku berkuasa memerintahkan supaya dia di biarkan hidup terus, dan akupun berkuasa pula menjatuhkan keputusan bahwa dia mesti di hukum mati.
Rupanya raja tidak mau tahu apa yang di maksud Ibrahim dengan menghidupkan dan mematikan. Dia tidak mau tahu bahwa rakyatnya itupun sendiri seketika lahir ke dunia bukanlah atas kehendanya, dan kalau mereka mati sewajarnya, tidaklah dia berkuasa menghalangi kematian itu. Padahal yang dapat di berinya ampun atau di biarkan hidup atau di suruh mati ialah rakyat yang di hadapkan kepadanya, atau budak-budak yang ada dalam istana. Oleh sebab itu, Ibrahim meneruskan perkataannya: “berkata Ibrahim: Maka sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari timur, maka cobalah datangkan itu dari barat”. Dengan sambungan kata yang demikian Ibrahim telah membawa raja berfikir yang lebih luas. Sekarang baru dia mengerti apa maksud Ibrahim: “Maka terdiamlah orang yang kafir itu”. Dia tidak dapat menjawab lagi. Dasar berfikirnya salah, sebab itu dia terdiam. “Dan Allah tidaklah akan memberi petunjuk kepada orang yang dzalim”. (pangkal ayat 258). [5]
C.      APLIKASI DALAM ASPEK KEHIDUPAN
Di dalam kehidupan seringkali kita menemukan suatu masalah yang disebabkan dari perbedaan pendapat. Tetapi jangan sampai kita jadikan perbedaan itu sebagai sebab terputusnya tali silaturahim antar sesama manusia.                    Maka hendaknya kita menghargai pendapat orang lain dan tidak keras kepala dengan menerima pendapat orang lain ketika kebenaran sudah mulai tampak. Sebab, kembali kepada kebenaran adalah perbuatan yang baik daripada selalu yakin dalam kebatilan.[6]
D.      ASPEK TARBAWI DARI QS. AL BAQARAH AYAT 258
1.    Tidak diperbolehkan menjadi orang yang sombong dan menang sendiri.
2.    Dalam menyampaikan argumentasi, sebaiknya menggunakan dalil yang benar.
3.    Tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat untum menzalimi orang lain.
4.    Senantiasa menyampaikan kebenaran yang ada pada Al Qur’an.
5.    Bersikan hati-hati dalam menyampaikan argumen melalui perbuatan dan lisan.[7]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QS,AL-BAQARAH AYAT:31

Q.S. Al-Baqarah : 128

Qs. Al-Kahfi ayat 66