QS.Al-Maidah 5:67


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah
Allah Swt telah memerintahkaan kepada hambanya yang beriman agar berpegang teguh pada tali Allah, dan mengingatkan mereka akan kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada mereka untuk merukunkan hati mereka pada ukhuwah islamiyah. Dengan tetap mengikuti apa yang telah diwahyukan Allah melalui nabi Muhammad Saw beserta pengikutnya dan umatnya. Meskipun penyampaiannya berupa satu ayat, tetapi jangan sampaai kita menyembunyikan sekecil apapun ayat karena sama sajaa kita tidak menjaga amanatnya.
Dan Allah mengancam mereka bila tidak mengamalkannya dengan dibiarkannya dia tersesat dalam dunia ini. Tetapi mereka tidak marasakan karena mereka ditipu daya oleh setan. Dalam penyampin Rasulullah juga memiliki makna yang sangat dalam  memiliki bermacam-macam metode seperti ceramah, keteladannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Metode Tabligh ?
2.      Bagaimaana Dalil Para Rasul dengan Metode Tabligh?
3.      Bagaimana Implementsi Metode Tabligh dalam Pendidikan?
C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Mengetahui Pengertian Metode Tabligh
2.      Mengetaahui Dalil Para Rasul dengan Metode Tabligh
3.      Mengetahui Implementsi Metode Tabligh dalam Pendidikan





BAB II
PEMBAHAASAN

A.    Hakikat Metode Tabligh
Tabligh secara bahasa, berasal dari kata balagha, yuballighu ,teblighan yang berarti menyampaikan. Tabligh adalah kata kerja tanstif, yang berarti membuat seseorang sampai menyampaikan atau melaporkan dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh.
Menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah memberikan informasi yang benar, pengetahuan factual, dan harkat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan. Dalam kosep islam, Tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pengikut dan umatnya.
 Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. metode Tabligh adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Da’i kepada Mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.[1]

B.     Dalil Para Rasul dengan Metoode Tabligh
QS.Al-Maidah 5:67
۞ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

            Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

1.      Tafsir Al-Maraghi
Hai rasul sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan kepadamu dari tuhanmu yang memiliki perkaramu, dan menyampaikan kamu pada kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap seorangpun, dan jangaan takut kamu ditimpa bahaya karenanya.
Dan kalau kamu tidak melaksanakan apa yang telah diturunkan kepadamu, umpamanya kamu sembbunyikan, sekalipun hanya untuk sementara, karena takut disakiti orang,baik dengan perkataan atau perbuatan, maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila tidak menyampaikan risalaah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya kamu diutus. Yaitu menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dari tuhan mereka, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
      Kewajibanmu tidak lain adalah menyampaikan ((risalah). (QS.Asy-Syura 42:48)
Adapun hikmah dari ditegaskannya perintah dan penegasan (tabligh) dengan menganggap bahwa menyembunnyikan selurunya, sekalipun sudah maklum bahwa para Rasul adalah terpelihara dari menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk menyampaikannya yang kalau tidak maka batalah hikmah risalah karena hilangnya kepercayaan manusia terhadap penyampaian itu. Hikmah dari penegasan itu tadi, bagi rasul sendiri adalah pemberitahuan untuknya bahwa tabligh itu menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar dan tidak boleh menyembunyikan apa yang wajib disampaikan dalam keadaan apapun. Sedang bagi manusia yang mendengarkan tabligh, hikmahnya supaya mereka mengerti fakta ini dengan adaanya nas tersebut. Manusia yang dimaksuad adalah orang kafir yang dalaam menyamnpaikan wahyu itu memuat keterangaan tentaang kekafiran dan kesesatan mereka.[2]




2.      Tafsir Jalalain
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّْ ( hai rasul, sampaikanlah) semua مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ yang diturunkan kepadamu dan tuhanmu) dan janganlah kamu sembunyikan sesuatu pun dari padanya karena takut akan mendapatkan hal-hal yang tidak di inginkan - وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ (dan jika tidak kamu lakukan) tidak kamu sampaikan semua yang diturunkan padamu itu -  فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ( berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya). “Risalat” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya. وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ ( Dan Allah memelihara kamu dari manusia ) agar tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah saw itu dikawal sampai turun ayat ini lalu sabdanya , “ pergilah karena sesungguhnya Allah memeliharaku” Riwayat hakim.إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (sesungguhnya Allah tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir)[3]
3.    Tafsir al- Mishbah
Thahir Ibn Asyur menilai penempatan ayat  ini merupakan sesuatu yang musykil karena surat al-maidah salah satu surat terakhir yang turun, sedangkan saat itu rasul telah menyampaikan seluruh ajaran agama yang turun hingga ketika itu. Seandaainya ayaat ini turun padaa saat masa awal kenabian, maka apa yang diperintahkan disini dapat dimengerti dan dipahami sebagai mengukuhkan Nabi saw dan meringankan beban mental beliau. Tetapi, karena surat ini merupakan surat terakhir yang turundan beliau sudah melaksanakan tugas penyampaian risalah, agamapun telah disempurnakan. Oleh karena itu ada kemungkinan yang dapat  dikemukakan menyangkut penempatan ayat ini dalam surat ini dan sesudah uraian ayat-ayat sebelumnya.[4]


C.     Implementasi Metode Tabligh dalam Pendidikan
Dalam hubungannya dengan profesi guru, sifat tabligh dapat diartikan komunikaatif dan argumentatif. Seorang guru yaang tabligh akaan menyampaaikan informasi (ilmu pengetahuan) dengan benar daan dengan tutur kata yang yang tepat. Jadi intinya sifat tabligh adalah sifat yang selalu menyampaikan informasi kepada siapa saja yaang selayaknya harus menerima. Seoraang guru tentunya menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan kepada muridnya. Dalam konteks ini sifat tabligh bisa kita sesuaikan dengan kompentensi profesional guru. Seorang guru ketika menyampaikaan materi perlu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Sama dengan Nabi Muhammad Saw menggunakan metode yang berbeda dalam dalam menyampaikan setiap wahyu dan perintaah Allah Swt.begitu juga guru, ia dituntut memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelaajaaran. Ia mempunyai tugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga guru dituntut mampu menyampaikan bahan pembelajaran. Untuk itu guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaraan yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakn dengn jalan mencari informasi melalui berbagai sumber.
Dalam mendidik manusia Allah menggunakan perumpamaan. Metode perumpamaan ini juga baik digunakan oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam menanamkan budi pekerti dan kisah kepada mereka. Cara menggunakan metode ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan ceramah. Hal ini merupakan hal yang lebih efektif dan efisien. Karena peserta didik pada umumnya cenderung meneladani guru atau pendidiknya. Karena secara psikologis, siswa memang senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya juga. 


[1]https://dark5ne55.blogspot.com/2017/02/makalah-metode-tabligh.html
[2] Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang:PT Karya Toha Semarang, 1993)hlm.289-293.
[3]. Imam Jalaluddin Al-Manhalli, Tafsir Jalalain (Bandung:Sinar Baru Algensido,2004)hlm.482.
[4]. M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ( Jakarta: Lentera Hati.2006)hlm.150

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QS,AL-BAQARAH AYAT:31

Q.S. Al-Baqarah : 128

Qs. Al-Kahfi ayat 66