Q.S. An-Nahl ayat 36
OBYEK PENDIDIKAN “TAK LANGSUNG”
Menyeru Pada Kebenaran
Q.S. An-Nahl ayat 36
A. Teori
Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW,
dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini
menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima
baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Kata (الْطَّـغُوتَ)
thaghut terambil dari kata (طغى)
thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam
arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat
buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup
segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada
Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap manusia.[2]
Allah mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik
umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt. ataupun ummat yang
membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan
menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian
kalinya.
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini
yaitu:
1. Perintah
untuk tidak beribadah selain kepada Allah dan tidak mengingkarinya/kafir.
2. Perintah
untuk menjauhi syaitan dan sekutunya.
3. Dapat mengambil pelajaran pada setiap kesalahan
yang pernah diperbuat oleh ummat terdahulu dan tidak mengulanginya kembali.[3]
B.
Tafsir Ayat
1. Tafsir
Jalalayn
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat) seperti Aku mengutus kamu kepada mereka (untuk)
artinya untuk menyerukan ('Sembahlah Allah) esakanlah Dia (dan jauhilah
thaghut,') berhala-berhala itu janganlah kalian sembah (maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) lalu ia beriman (dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (kesesatan baginya)
menurut ilmu Allah, sehingga ia tidak beriman. (Maka berjalanlah kalian) hai
orang-orang kafir Mekah (di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan) rasul-rasul mereka, yakni kebinasaan yang akan mereka
alami nanti.[4]
2.
Tafsir Al- Misbah
Telah
Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengatakan kepada umatnya,
"Sembahlah Allah semata dan jauhilah seluruh tiran yang merusak."
Rasul tersebut telah menyampaikan risalah dan membimbing mereka. Lalu
segolongan dari mereka ada yang sudi mendengar bimbingan itu dan menerimanya.
Maka Allah memberinya petunjuk berupa kesiapan yang baik untuk mengikuti jalan
yang lurus. Sementara segolongan lain dari mereka berpaling dari kebenaran
sehingga berjalan pada jalan yang tidak benar. Maka Allah pun menurunkan
siksa-Nya kepada golongan tersebut. Jika kalian meragukan hal ini, hai
orang-orang musyrik Mekah, maka berjalanlah di muka bumi yang dekat dari
kalian. Lihat dan perhatikanlah bagaimana azab Allah menimpa orang-orang yang
mendustakan para rasul seperti kaum 'Ad, Tsamûd dan kaum Nabi Lûth, dan
bagaimana kesudahan nasib mereka yang binasa dan merugi.[5]
3.
Tafsir Ibnu katsir
“Maka
senantiasa Allah mengutus Rasul-rasul kepada manusia, menyeru manusia supaya
menyembah Allah Yang Esa dan menjauhkan diri dari Thaghut, sejak
terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang
diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah Rasul yang mula-mula sekali diutus
oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad saw.
Yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan samasekali
itu adalah menurt satu pokok firman Allah, yaitu membawa wahyu pada tidak ada
tuhan melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata
Ibnu Katsir seterusnya: “tidak ada Allah Ta’ala menghendaki bahwa mereka
menyembah kepada Dia, bahkan dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan
perantaraan lidah Rasul-rasulNya. Adapun kehendak Allah didalam mewujudkan
sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat
dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya
ialah syaitan-syaitan dan kafir, tetapi tidaklah Allah ridha hambaNya menjadi
kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang
sempurna.”
Allah
tidak memerintahkan manusia dengan suatu perintah yang jelas-jelas dia ketahui
akan menghalangi seorang makhluk dari Qudrah-Nya itu atau mendorong mereka
secara paksa untuk menyalahi-Nya. Dan tanda ketidak ridhaan-Nya akan
penentangan terhadap perintah-Nya adalah seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang mendustakan-Nya.
“maka
diantara mereka da orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka
ada yang tetap diatasnya kesesatan. Maka berjalanlah dibumi dan pandanglah,
bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya
Iradah Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana menginginkan penciptaan manusia dengan
segala kesiapannya untuk menerima petunjuk atau kesesatan. Dia membiarkan
mereka bebas dalam memilih salah satu dari dua jalan diatas, membekali mereka
akal pikiran agar ia bisa menentukan dengan akalnya itu salah satu diantara dua
pilihannya. Namun, hal itu setelah Allah memperlihat ayat-ayat petunjuk-Nya
dijagat raya sana yang bisa dijangkau oleh mata, telinga, hati, dan akal
manusia-kapan saja pekat malam dan gemilau nya cahaya sian berputar.
Kemudian
rahmat Allah berkehendak kepada hamba-hamba-Nya agar tidak membiarkan mereka
mengandalkan akalnya semata. Maka, dia meletakkan bagi akal itu barometer yang
kuat (mizan tsabit) pada syari’at-syari’at-Nya yang dibawa oleh para
rasul-rasul-Nya akal akan merujuk ke barometer tersebut setiap kali terasa
samar pada urusan manusia ditengah jalan, agar dapt memastikan kebenaran pilihannya
atau kekeliruannya melalui mizan tsabit dan tidak akan sirna oleh manisnya
tarikan-tarikan hawa nafsu.
Allah
juga tidak menjadikan para rasul-Nya itu sebagai hamba-hamba yang keras, yang
mematahkan batang-batang leher manusia agar mereka beriman, tidak sama sekali.
Akan tetapi, para rasul itu dijadikan-Nya hanya sebagai penyampai (Mubaligh),
misi-Nya tidak lebih dari itu. Mereka mengajak manusia untuk beribadah hanya
kepada-Nya dan menjauhi setiap selain-Nya seperti berhala-berhala, hawa nafsu,
syahwat, dan kekuasaan.[6]
- Aplikasi dalam Kehidupan sehari-hari
1. Kita wajib meyakini bahwa dzat yang patut di sembah
adalah Allah swt. .
2. Meyakini bahwa risalah yang di ajarkan Rasulullah sebagai
penyempurna bagi risalah-risalah nabi sebelumnya.
3. Hendaknya kita menjauhi thaghut, karena itu merupakan bentuk syirik terhadap
Allah swt. .
- Aspek Tarbawi
1.
Menyatukan
iktikad dan keyakinan umatnya bahwasannya Allah SWT adalah Zat maha kuasa
2.
Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya
3.
Meluruskan pemikiran dan aqidah yang
menyimpang.
4.
Menyampaikan Ajaran Tauhid
Komentar
Posting Komentar