QS.AL-ANBIYAA’21:107
SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
NABI RAHMATAN
LIL ALAMIN
QS.AL-ANBIYAA’21:107
A.
Hakikat rahmat
Menurut arti
bahasa, bahwa rahmat itu berasal dan kata rahima yang berarti kasih sayang.
Adapun yang dimaksud dengan istilah syar’iyyah ialah: kasih sayang (karunia)
Allah yang dilimpahkan-Nya kepada semua makhluk-Nya.[1] Rahmat adalah sistem ajaran yang membawa kebahagiaan bagi
manusia dan juga mendapatkan rahmat yang lebih penting yaitu adanya kemerdekaan
untuk berpikir yang bisa menjadikan akal yang di milikinya tidak takut untuk
maju dalam menentukan suatu maju dalam menentukan
kebenaran menjadikan suatu keseimbangan di antara kesuburan jasmani dan rohani.
Dan juga nabi Muhammad membawa
ajaran yang mengandung kemaslahatan baik di dunia maupun diakhirat.
Kepribadian
nabi Muhammad saw.sehingga menjadikan sikap, ucapan, perbuatan, bahkan seluruh
seluruh totalitas beliau adalah rahmat, bertujuan mempersamakan totalitas
beliau dengan ajaran yang beliau sampaikan, karena ajaran beliau adalah rahmat
menyeluruh dan menyatu ajaran dan penyampai ajaran, menyatu risalah dan rasul, dan
karena itu pula rasul saw.
Rahmatan lil
alamin adalah bahwa sementara pakar memahami kata alam dalam arti kumpulan sejenis makhluk allah yang hidup,
baik hidup sempurna maupun terbatas. Rahmat itu terpenuhilah hajat batin
manusia untuk meraih ketenangan, ketenteraman, serta pengakuan atas wujud,
bakat, dan fitrahnya, sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan
besar,menyangkut perlindungan, bimbingan dan pengawasan serta saling pengertian
dan penghormatan.
B.
Dalil Rahmatan lil alamin
ؤماار سلنك الارحمةللعلمين(107)
Artinya:’’Dan kami tidak mengutusmu (wahai
rasul),melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.(QS.AL-ANBIYYA
21:107)
Tafsiran
1. Tafsir Al Maraghi
Tidaklah kami mengutusmu dengan
membawa pelajaran ini dan yang serupa dengannya berupa syari’at dan hukum yang
merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat, kecuali agar kamu menjadi
rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam urusan dunia dan akhirat.Hal ini dapat
di jelaskan, bahwa Rasulullah SAW diutus dengan membawa ajaran yang mengandung kemaslatan di dunia dan akhirat.
Hanya saja, orang kafir tidak mau memanfaatkannya dan berpaling darinya akibat
kesiapan dan tabiatnya yang telah rusak, tidak menerima rahmat ini, sehingga
dia tidak merasakan kebahagiaan dalam urusan agama maupun urusan dunia. [2]
2.
Tafsir Al Mishbah
Ayat yang lalu menegaskan bahwa al
qur’an merupakan peringatan, atau bekal menuju kebahagiaan abadi serta
kecukupan bagi siapa yang siap untuk menjadi pengabdi yang tulus kepada Allah
swt. Al qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk beliau sampaikan kepada
umat manusia.Dapat juga dikatakan karena tema utama surah ini tentang kenabian,
dan namanya pun adalah al anibiyya yang menguraikan kisah dan keistmewaan enam
belas orang diantara mereka, diakhiri dengan keistimewaan Nabi Isa as.Dan
beliau, maka sangat wajar pula bila keistimewaan Nabi Muhammad SAW.Keistimewaan
tersebut adalah kepribadian beliau merupakan rahmat disamping ajaran-ajaran
yang beliau sampaikan dan diterapkan.Ayat ini menyebut empat hal pokok :
a) Rasul /utusan
Allah dalam ini Muhammad SAW
b) yang
mengutuskan beliau dalam hal ini Allah.
c) yang diutus
kepada mereka (al-alamin).
d) risalah, yang
kesemuanya mengisyaratnya,yakni rahmat
yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah/indifinitif.
Sebagaimana sabda beliau:”aku didik oleh tuhanku maka
sungguh baik hasil pendidikannya”kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan
hanya pengetahuan yang allah limpahkan kepada beliau melalui ayat-ayat al
qur’an,tetapi kelabu beliau di sinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan
rahmat bagi seluruh alam dengan beliau merupakan rahmtun muhdab sebagaimana
pengakuan beliau yang diriwayatkan oleh Muhammad ibn thahir al-maqdasi melalui
abu hurairah yakni beliau adalah rahmat yang dihaiakan oleh allah kepada seluruh
alam.[3]
3.
Tafsir ibnu katsir
Firman Allah Ta’ala “Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan
sebagai rahmat bagi semesta alam. “Allah ta’ala memberitahukan bahwa Dia
menjadikan nabi Muhammad SAW. Barang siapa yang menerima rahmat ini dan
mensyukuri nikmat in, maka berbahagialah dia di dunia dan diakhirat.
Rahmat macam apakah yang dapat diperoleh yang kafir
kepadanya jawabnya iaalah keterangan yang diriwayatkan oleh abu ja’far bin
jarir ibnu abbas , sehubungan dengan firman allah,”dan tidaklah kami mengutusmu
melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”,yaitu barang siapa yang beriman
kepada allah dan hari akhir maka ditetapkanlah baginya rahmat di dunia dan
akhirat. Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
maka dia di hindarkan dari musibah yang menimpa umat terdahulu berupa
penenggelaman dalam bumi dan hujan batu.[4]
C.
Pendidikan Penuh Kasih Sayang
Dalam hal pendidikan, kasih
sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya yaitu
kedewasaan. Orang tua sudah seharusnya menumpahkan kasih sayang terhadap
anaknya selama mereka membimbingnya sampai mencapai dewasa. Begitu juga guru
sebagai pendidik, harus menyadari bahwa kasih sayang merupakan syarat mutlak
dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya. Tanpa kasih sayang, pendidikan
tidak akan bermakna apa-apa.
Rasulullah sendiri merupakan pendidik yang penuh kasih sayang. Beliau merupakan
seorang yang halus perasaanya dan penyayang. Seorang pendidik harus
mempermudah peerta didik dan tidak mempersulit peserta didik, karena Islam
sendiri merupakan agama kasih sayang, mudah, dan damai.
D. Aspek Tarbawi
1. Sebagai seorang
pendidik senantiasa menjadi pendidik yang penuh kasih sayang, tidak
mudah marah, dan selalu memudahkan peserta didik.
2. Sebagai seorang
siswa senantiasa belajar dengan baik dan rajin.
3. Senantiasa
menyayangi alam dan tidak merusaknya.
Komentar
Posting Komentar